Seteru AS Vs China Soal Taiwan Kian Bikin Deg-degan

Isu Taiwan menjadi topik perseteruan antara Amerika Serikat (AS) versus Republik Rakyat China (RRC). Dinamika politik internasional ini bikin deg-degan.

Foto : Detik News

Dilansir Reuters, Selasa (14/6), otoritas Taiwan menegaskan bahwa selat Taiwan merupakan jalur perairan internasional. Kapal-kapal perang AS boleh transit di kawasan selat itu.

Sikap Taiwan sekaligus menolak klaim China bahwa selat itu adalah wilayah China. Taiwan memang berbeda dengan China daratan. Pemerintahan Taiwan berasal dari orang-orang militer di China yang kalah melawan komunis tahun 1949. China memandang Taiwan adalah provinsinya yang punya pemerintahan sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, kapal-kapal perang perang AS, dan terkadang kapal perang dari negara sekutu seperti Inggris dan Kanada, berlayar melintasi Selat Taiwan, yang memicu kemarahan China.

AS vs China mau perang?

Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa China bermain-main dengan bahaya lewat aksi menerbangkan pesawat tempur mendekati Taiwan. AS bertekad melindungi Taiwan dengan kekuatan militer. AS kemudian mengerahkan kapal angkatan laut melalui perairan Taiwan. Apakah China vs AS berpotensi perang betulan?

Dilansir BBC, pakar menilai China tidak akan merebut kembali Taiwan secara paksa. Di sisi lain, Taiwan juga telah meningkatkan pertahanan udara dan lautnya secara signifikan. Beijing juga sadar bahwa invasi ke Taiwan akan makan biaya mahal.

“Ada banyak retorika, tetapi China harus hati-hati jika mereka ingin meluncurkan invasi ke Taiwan, apalagi ini berdekatan dengan krisis Ukraina,” kata William Choong, rekan senior di Institut Studi Asia Tenggara.

“Ekonomi China jauh lebih terhubung dengan ekonomi global daripada Rusia,” lanjutnya.

Foto : Detik News

Menteri Pertahanan China, Jenderal Wei Fenghe, menuding AS mendukung kemerdekaan Taiwan. AS dinilainya telah ikut campur urusan China.

“Izinkan saya memperjelas ini: Jika ada yang berani memisahkan Taiwan dari China, kami tak akan ragu untuk melawan,” tegas Wei dalam pertemuan puncak sektor keamanan Asia yang diadakan di Singapura, Minggu (12/06).

“Kami akan berjuang dengan segala cara dan kami akan berjuang sampai akhir. Ini adalah satu-satunya pilihan bagi China,” ujarnya kemudian.

Namun untungnya, sikap yang ditempuh secara konsisten oleh China selama ini adalah “penyatuan kembali secara damai” dengan Taiwan, yang ditegaskan kembali oleh Wei dalam pertemuan di Singapura, Minggu (12/06).

Kekhawatiran muncul soal kemungkinan China menyerang Taiwan. Bila itu terjadi, gangguan perdagangan global bisa muncul.

Selanjutnya, efeknya bisa lebih besar ketimbang Rusia vs Ukraina

Video : Youtube Kompas TV

Efek bisa lebih besar ketimbang Rusia vs Ukraina

Dilansir Deutsche Welle (DW), dunia bergantung pada Taiwan soal distribusi chip semikonduktor untuk ponsel dan kendaraan listrik. Skala gangguannya bisa lebih buruk ketimbang gangguan akibat perang Rusia vs Ukraina.

“Gangguan terhadap rantai pasokan internasional, gangguan pada tatanan ekonomi internasional, dan kesempatan untuk tumbuh akan jauh, jauh lebih signifikan, daripada yang ini (perang Ukraina),” kata Kepala Negosiator Perdagangan Taiwan, John Deng, kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela pertemuan tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss.

“Akan ada kekurangan pasokan di seluruh dunia,” tambahnya.

Taiwan mendominasi pasar global untuk produksi chip paling canggih dan ekspornya bernilai US$ 118 miliar (Rp 1.742 triliun) pada tahun 2021. Deng mengatakan dia berharap dapat mengurangi 40 persen bagian dari ekspornya ke China.

Meski ada ketegangan, Taiwan menyatakan tak akan menutup pintu untuk China. Namun ada syaratnya. Simak selengkapnya:

Taiwan ingin setara dengan China

Taiwan mendominasi pasar global untuk produksi chip paling canggih dan ekspornya bernilai US$ 118 miliar (Rp 1.742 triliun) pada tahun 2021. Deng mengatakan dia berharap dapat mengurangi 40 persen bagian dari ekspornya ke China.

Seperti dilansir Reuters, Senin (13/6), pernyataan tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Taiwan Su Tseng-chang saat berbicara kepada wartawan pada Minggu (12/6) waktu setempat.

“Selama ada kesetaraan, timbal balik dan tidak ada prasyarat politik, kami bersedia untuk terlibat dalam niat baik dengan China,” cetus Su Tseng, menekankan kembali posisi Taiwan yang berulang kali disampaikan Presiden Tsai Ing-wen kepada publik.

Diketahui bahwa hubungan antara Taipei dan Beijing berada di titik terendah dalam beberapa dekade terakhir, dengan China meningkatkan tekanan politik dan militer untuk membuat Taiwan menerima kedaulatannya.

“Adapun pelecehan China terhadap Taiwan dengan pesawat militer, kapal perang, penindasan dan tindakan politik yang tidak masuk akal, pihak yang paling tidak masuk akal adalah China,” sebut Su Tseng dalam pernyataannya.

“Taiwan tidak ingin menutup pintu untuk China. China yang telah menggunakan berbagai cara untuk menindas dan memperlakukan Taiwan secara tidak beralasan,” tegasnya.

Sumber : Detik News

Loading

You cannot copy content of this page