CDC Memperingatkan Wabah Enterovirus Dapat Melanda Taiwan

Foto : Focus Taiwan

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) mengatakan bahwa Taiwan diperkirakan akan mengalami wabah enterovirus pada minggu depan dengan varian campuran enterovirus yang bersirkulasi meningkatkan risiko infeksi berulang penyakit tersebut.

Kuo Hung-wei (郭宏偉), direktur Pusat Intelijen Epidemi CDC, mengatakan pada konferensi pers, jumlah pasien yang mencari perawatan medis untuk infeksi enterovirus pada minggu lalu adalah 10.066, yang mendekati ambang periode epidemi pada 11.000 orang.

Periode Epidemi didefinisikan sebagai jumlah mingguan pasien rawat jalan dan kunjungan ke ruang gawat darurat melebihi 11.000 orang selama dua minggu berturut-turut.

Total kasus pada minggu lalu adalah 26 persen lebih tinggi dari minggu sebelumnya dan tercatat sebagai kasus tertinggi untuk periode ini sejak 2017, kata Kuo.

CDC telah mencatat jenis enterovirus yang berbeda di antara kasus infeksi di masyarakat, termasuk enterovirus 71, enterovirus D68, dan coxsackievirus A.

Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai “Flu Singapura“. Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae, Genus Enteroviru.

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. 

Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti nyeri tengorokan atau infeksi tengorokan (faringitis), sulit makan dan minum karena nyeri akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala seperti flu. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus atau luka dimulut seperti sariawan di sekitar lidah, gusi, pipi sebelah dalam, terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash atau ruam (makulopapel) ada dibokong. 

Perilaku hidup sehat dan bersih adalah pencegahan dan perlindungan terbaik. Sebaiknya mencuci tangan dengan sabun dan air sesudah ke WC, sebelum makan, sesudah membuang ingus dan sesudah mengganti popok atau pakaian kotor. Pinjam-meminjam cangkir, sendok garpu, alat kebersihan pribadi misalnya handuk, lap muka, sikat gigi dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki adalah perilaku yang berpotensi mempercepat penyebaran penyakit ini. Mencuci pakaian kotor harus dengan baik dan
higienis. 

Hingga Selasa tahun ini, Taiwan mencatat tiga kasus infeksi enterovirus dengan komplikasi parah yang masing-masing terkait dengan enterovirus D68, coxsackievirus A6, dan echovirus 21.

Sementara itu, delapan orang yang terinfeksi enterovirus 71 mengalami komplikasi ringan.

Kasus paling parah terbaru dikabarkan datang dari seorang anak laki-laki yang bibirnya membiru. Hal ini dikenal sebagai sianosis yang berkembang secara lambat dengan gejala penyakit saraf. Ia dirawat di unit perawatan intensif pada 17 April dan dikonfirmasi pada hari Senin sebagai komplikasi dari echovirus 21, kata pakar CDC Lin Yung -chin (林詠青).

Echovirus 21 berbeda dari echovirus 11, yang muncul sebagai strain enterovirus dominan dan dikaitkan dengan kematian neonatal di Taiwan pada 2018, kata Lo.

Lo mengatakan bahwa meskipun echovirus dapat menyerang individu dari segala usia, kelompok penularan terutama terjadi pada bayi yang baru lahir. Namun, hal itu belum terjadi sepanjang tahun ini, tambahnya.

Sumber : Focus Taiwan

Loading

You cannot copy content of this page