Banyak WNI Kerja di Masjidil Haram, Namun Gaji yang Didapat di Luar Dugaan

Warga Negara Indonesia (WNI) diketahui banyak yang bekerja di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Namun ternyata, banyak WNI yang bekerja di Masjidil Haram.

Hal tersebut terekam oleh kamera salah satu Youtuber yang juga menetap di kota suci Mekkah. Dalam momen tersebut salah seorang pekerja juga membeberkan gaji yang didapat ketika bekerja di Masjidil Haram.

foto : linetoday

Gaji yang didapatkan ternyata di luar dugaan. Ingin tahu? Simak ulasan selengkapnya.

Ternyata Banyak WNI yang Kerja di Masjidil Haram

Salah seorang pekerja di Masjidil Haram Mekkah yang merupakan WNI asal Lombok mengungkapkan memang banyak sekali WNI yang saat ini bekerja di Masjidil Haram.

Seperti terlihat dalam tayangan unggahan saluran Youtube Faiz Slamet, ia mengatakan sekitar 20 orang WNI yang dikenalnya bekerja di Masjidil Haram.

“Sekitar dua puluh,” ungkapnya. “Oh banyak juga ya,” jawab Faiz Slamet.

Gaji yang Diterima di Luar Dugaan

Ketika ditanya soal gaji, pekerja WNI di Masjidil Haram ini pun tak keberatan menyebutkan nominalnya.

Namun sangat tak disangka, gajinya begitu kecil untuk ukuran para pekerja di Mekkah, Arab Saudi.

Pria yang sudah mengaku kerja selama 3 tahun itu mengatakan digaji sebesar 700 riyal atau sekitar Rp2,7 juta saja per bulan.

“Kalau gaji sih 700 riyal,” ungkap dia. “700 riyal ya,” timpal Faiz Slamet dengan prihatin.

Tersendat Selama 3 Bulan

Begitu memprihatinkan, bahkan ia juga sempat menceritakan bahwa beberapa bulan ini gajinya sempat tersendat.

Gaji tersebut selama 3 bulan tidak diserahkan lantaran suatu masalah.

“Oh tiga bulan ini tidak digaji? Tapi itu macet apa nanti digaji atau gimana?,” tanya Faiz.

“Digaji, tapi karena ada masalah di bawah kan kemarin itu (karena pandemi Covid 19),” ujar sang pekerja.

foto : linetoday

Masih penasaran, sontak Faiz menekankan apakah memang penawaran gaji yang tertera pada PK (Perjanjian Kerja Tertulis) memang sebesar 700 riyal (Rp2,7 juta) atau tidak. Tanpa segan pria WNI itu pun menjawabnya.

“Kalau di PK sih 1200 riyal. Tapi pas sudah di sini dibikin PK baru ya itu 700,” kata dia sembari tertawa.

“Masya Allah,” timpal Faiz.

Sumber : Faiz Slamet, Merdeka

Loading

You cannot copy content of this page