Kisah Pengasuh Taiwan yang Penuh Lika-Liku Temukan Bocah WNI yang Telah Pulang ke Tanah Air

Masih ingat dengan kisah cerita seorang pengasuh kewarganegaraan Taiwan, Sarah Chen yang hendak mencari tahu dimanakah gerangan Alen berada, bocah Indonesia yang telah pulang ke Indonesia pada bulan Maret 2021 lalu?

Program “Mencari bunda ke 2” yang diusung oleh Radio Taiwan Internasional pada tahun 2020, yang bekerjasama dengan berbagai instansi media, pemerintah dan organisasi masyarakat, untuk pertama kalinya di bulan Maret lalu menerima pesan permintaan bantuan dari seorang ibu pengasuh Taiwan, untuk membantu mencari seorang bocah laki-laki berusia 1 tahun 6 bulan berkewarganegaraan Indonesia.

尋媽計畫捷報!峰迴路轉找到印尼貼心男嬰台灣保姆再遇下個難題- 新聞- Rti 中央廣播電臺
foto : CNANews

Berita terkait pencarian pun dirilis tanggal 25 Maret 2021 dalam versi bahasa Mandarin, dan kemudian dilanjuti dengan versi bahasa Indonesia pada tanggal 26 Maret 2021. Usai pencarian yang dilakukan malang melintang selama 1 bulan lamanya, akhirnya tepat genap 1 bulan yakni tanggal 25 April 2021, sang pengasuh Taiwan berhasil menemukan ibunda dari sang bocah yang kini telah berada di tanah air. Sang bocah terlihat baik dan masih tetap memiliki karakter suka membahagiakan dan peduli dengan orang lain. Hanya saja sayangnya, sang bocah belum terbiasa dengan susu jenis lainnya, sehingga kerap membuat dirinya sering menceret. Namun kondisi pandemi COVID-19 menjadi tantangan yang baru bagi ibu pengasuh Taiwan yang hendak mengirimkan susu dari Taiwan yang biasanya diasup oleh sang bocah, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara mengirimkan susu kaleng dari Taiwan ke Indonesia?

Program “Mencari bunda ke 2” kembali memberitakan kabar yang bahagia bagi Taiwan dan Indonesia. Sarah Chen, seorang ibu yang tinggal di kawasan sentral Taiwan, memiliki putra yang kini telah adalah seorang mahasiswa. Sarah dan suaminya adalah salah satu keluarga yang ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat sebagai keluarga tempat penampungan anak-anak sementara. Oktober 2020 lalu, pasangan suami istri ini menerima tugas merawat seorang bocah Indonesia yang baru berusia 1 tahun 1 bulan, memiliki nama lengkap Muhammad Alif Muta’alim, namun karena namanya terlampau panjang, sehingga Sarah kerap memanggilnya dengan “Alen”

Yang berbeda dengan anak-anak lainnya, Sarah menemukan jika Muhammad Alif Muta’alim (Selanjutnya disebut Alen, sesuai dengan kisah cerita yang sebenarnya di Taiwan) yang baru berusia satu tahun lebih, tidak hanya sekedar mampu menunjukkan sikap peduli dengan sekitar, juga kerap membuat anggota keluarga lainnya gembira. Saat masa pengasuhan Alen di rumah Sarah Chen selama 4 bulan lebih, ternyata menjadi satu masa yang sangat membahagiakan keluarga Sarah. Tanggal 10 Maret silam, Alen telah kembali pulang ke Indonesia bersama dengan ibundanya yang adalah seorang pekerja migran Indonesia di Taiwan. Kala itu, pasangan suami istri ini baru menyadari jika mereka tidak memiliki data kontak apapun dengan ibunda Alen, maka Sarah Chen segera menghubungi RTI yang masih terus melanjutkan program “Mencari budan ke 2”, berharap bisa menemukan sang ibunda terlebih dahulu, barulah dapat mengetahui kondisi akhir Alen.

Linangan air mata setiap waktu, bermimpi menemukan dia

Sarah Chen menyampaikan bahwa sejak pers rilis pencarian diluncurkan oleh RTI pada akhir bulan Maret, impian untuk dapat menemukan kembali Alen kerap membuat dirinya bermandikan air mata.

Sarah Chen mengatakan, “Setiap kali saya mengingat dirinya, saya selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa, kemudian berupaya untuk tetap tenang, namun apa daya air mata selalu meleleh. Memang banyak hal yang kami khawatirkan, hal ini karena kami tidak dapat melihat langsung sang bocah. Saya berpikir bahwa saya hendak melakukan sesuatu bagi sang bocah, namun saya tidak dapat menjalankannya, maka tumpahlah air mata ini. Tetapi setelah mengetahui jika sang bocah berhasil ditemukan, saya sangat bahagia, saya tidak habis piker, karena hal ini adalah titik yang kecil dalam kehidupan bumi ini, karena kami tidak mengenal ibundanya, maka inilah yang menjadi alasannya. Oleh sebab itu, sebegitu mengetahui telah berhasil menemukanny, saya sangat bahagia.”

Berita mencari bocah Indonesia ini juga dirilis dalam berbagai bahasa di Radio Taiwan Internasional, beberapa media di Indonesia juga turut memberitakannya, sehingga mengundang banyak reaksi masyarakat. Sarah Chen menyebutkan jika dua hari sebelum berhasil menemukan Alen, ia bermimpi dan mengatakn, “Bermimpi bertemu dengannya, dimana pipi Alen bersandar pada pipi saya sebagaimana sebelumnya. Kami berdua memang sering saling menyandarkan pipi masing-masing, saya memeluknya dengan kuat dan ia pun sepenuhnya menghanyutkan dirinya dalam pelukan saya, sebuah gambaran yang penuh kebahagiaan. Dan mimpi tersebut cukup lama, hingga akhirnya saya terbangun dari tidur, kemudian saya merasakan bahwa dengan bertemu lewat mimpi pun, telah bisa menenangkan hati saya.”

Setelah pemberitaan di media genap satu bulan, Sarah Chen berhasil mendapatkan akses kontak dengan Dwi, ibunda dari Muhammad Alif Muta-alim atau Alen. Setelah berhasil berbicara melalui telepon, Sarah Chen menyebutkan bahwa kondisi hatinya bagaikan telah terbebaskan dari beban batu yang sangat berat. Alen hidup baik di Indonesia, kondisi perekonomian ibundanya juga tidak separah yang sempat dibayangkan oleh Sarah Chen. Sarah Chen mengatakan, “Ibundanya sangat sayang terhadap anaknya, adalah seorang ibu yang bersajaha, sangat sopan, bahkan saat berbicara di telepon juga kerap tersenguk-senguk.”

foto : Rti

Dwi mengatakan, “Saya sangat berterima kasih kepada ibu Chen, karena ia telah berbaik hati dan sangat berusaha menjaga anak saya.”

Sarah Chen mengatakan, “Kemudian saya memberitahukan kepada Dwi bahwa Alen sudah bisa makan nasi, Alen suka nasi goreng sapi ala Taiwan. Akan tetapi Dwi menybutkan jika saat di Indonesia, Alen kurang begitu banyak makan nasi. Lantas saya memberitahukan kepada Dwi jika Alen akan makan banyak nasi dengan lauk kuah lobak putih. Lantas Dwi pun segera menyauti saya benar, jika saat memasak kuah lobak, tampak jelas jika ia sangat menyukainya. Namun mungkin karena jumlah yang diasup tidak banyak, atau tidak memiliki nafsu makan banyak seperti saat di Taiwan, Alen terlihat lebih kurus. Walau demikian, saya masih tetap bisa mengenal rupa Alen seperti dulunya.”

Drama pembagian poster mencari bocah

Saat Sarah Chen mengenang kembali bahwa Alen yang masih sangat kecil, juga telah memiliki sikap peduli dengan orang lain, termasuk membantu mencarikan HP. Perilaku bagaikan orang dewasa tersebut juga disadari dan disaksikan sendiri oleh Dwi saat telah berada di Indonesia. Alen yang kini telah berusia 1 tahun 8 bulan, memperlihatkan sikap empati kepada orang lain, takkala kakak Alen sedang menangis, Alen justru mampu menunjukkan sikap empatinya, meskipun diutarakannya dalam bahasa Mandarin yang tidak dapat dimengerti oleh kakaknya. Semua perilaku ini menjadikan Alen yang masih adalah seorang bocah kecil bagaikan seorang pria dewasa yang bijaksana.

Dwi mengatakan, “Kini saat tidur, ia tidak perlu ditemani, bahkan untuk minum air pun, Alen akan mencari gelas sendiri atau botol susunya sendiri. Alen memberikan kebahagian bagi keluarga kami. Bahkan saat kami tengah mencari sesuatu, Alen pun juga turut memperagakan dirinya juga tengah mencari sesuatu. Jika melihat kami tengah bersedih, ia akan mendekat dan mengelus-elus muka kami sembari mengatakan ‘Bu Yao Khu’ atau jangan menangis dalam bahasa Indonesianya.”

Selama proses pencarian satu bulan, Sarah Chen memiliki semangat yang sangat luar biasa besarnya, dengan berkat bantuan dari penyiar siaran bahasa Indonesia RTI, Tony Thamsir, dan juga atas bantuan dan dukungan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Sarah Chen menjadi lebih jelas akan kelanjutan pencarian ini. Karena terbentur dengan peraturan data informasi pribadi, sempat di satu masa proses pencarian tidak ada kemajuan. Sarah Chen hanya mampu berdoa, kemudian mencetak 2 lembar poster berwarna, yang memuat informasi tentang mencari Alen dan Dwi, sekaligus foto Alen dan nomor kontak Sarah Chen, dimana poster tersebut awalnya hendak meminta bantuan toko Indonesia yang biasanya kerap dikunjungi oleh para pekerja migran Indonesia di kawasan tersebut.

Saat mengunjungi toko pertama, sang pemilik toko sempat menganjurkan kepada Sarah Chen untuk dapat segera menghentikan pencariannya, mengingat bocah tersebut telah pulang ke Indonesia, dan kemungkinan penemuan sangatlah kecil, sehingga tidak menyetujui Sarah Chen untuk menempelkan poster tersebut di depan tokonya. Namun sang istri dari pemilik toko tersebut menerima poster tersebut sembari menjanjikan akan membantu menanyakannya kepada para PMI secara lisan saja. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Sarah Chen adalah mencari toko restoran ke dua, dimana terlihat ada dua perempuan imigran baru dan satu pria keturunan. Reaksi mereka bertiga sempat mengejutkan dirinya.

Sarah Chen mengatakan, ”Saat hendak berjalan masuk, saya hanya berharap dan berpegang teguh pada satu keyakinan bahwa saya sudah berusaha semaksimalnya dan hasilnya adalah tidak, sementara Tony sendiri juga telah berupaya semaksimalnya. Ini juga sudah cukup, kemudian saya pun memasuki toko tersebut. Tanpa diduga, seusai mereka membaca tulisan termasuk terjemahan dari Tony di sosial media, mereka malah menangis. Kemudia pria keturunan itu bertanya kepada saya apa yang hendak saya lakukan setelah menemukan mereka? Apakah saya hendak mengirimkan uang kepada mereka? Apakah saya hendak memberi uang? Namun saya tidak terkejut dengan pernyataan pria tersebut, sembari menjelaskan bahwa saat ini kami tidak mampu memprediksikan apa yang dapat kami lakukan untuknya, namun jika suatu saat berhasil menemukannya, maka saya pun akan mampu menemukan jalan terbaik bagaimana cara dan langkah terbaik yang hendak saya lakukan untuk mereka.”

Siapa yang dapat menduga jika pria keturunan inilah yang akhirnya menjadi juru kunci pencarian bocah Indonesia. Pria keturunan tersebut juga membagikan berita artikel yang ada di akun Facebooknya, kemudian dilihat oleh temannya Dwi, sehingga segera memberitahukan kepada Dwi bahwa ada orang Taiwan yang mencarinya. Usai Dwi mengetahui duduk perkaranya, maka ia pun menambahkan pertemanan dengan Sarah Chen, namun tentu saja saat itu Dwi tidak menjelaskan dirinya siapa. Setelah melalui penjelasan dari pria keturunan tersebut, barulah terkuak dengan jelas, Sarah Chen akhirnya mampu menemukan Dwi, ibunda sang bocah Alen.

Tantangan yang tiada habisnya

Tony menyampaikan bahwa sedari awal kasus pencarian ini hanya bermodalkan selembar foto bocah kecil dan nama Indonesia. Jika dibandingkan dengan kasus pencarian lain dalam program “Mencari bunda ke dua”, maka kasus ini memiliki tantangan yang sangat besar. Akan tetapi, ia pun terharu dengan semangat yang dimiliki oleh Sarah Chen, sehingga memutuskan untuk mencoba memberikan bantuan semaksimalnya. Namun karena data awal yang ada sangat sedikit, sehingga diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama.

Tony mengatakan, “Sebenarnya saya sangat bahagia, karena berhasil menyelesaikan sebuah tugas yang sangat teramat susah dan sulit, boleh dikatakan ini adalah tugas yang tidak mungkin terlaksana, namun tentu semua ini juga sebuah mukjizat, sekaligus membuktikan kekuatan dan peran yang dimainkan oleh media dan sosial media yang ada.”

Saat Alen hendak pulang ke Indonesia, Sarah Chen juga telah mempersiapkan kebutuhan susu dan beras bekatul untuk satu bulan, sehingga bisa dibawa pulang oleh mereka. Karena susu telah habis dikonsumsi, Dwi pun membeli susu produk perusahaan lain, namun mengakibatkan Alen menjadi menceret. Usai mengetahui hal tersebut, Sarah Chen memutuskan untuk dapat sesegera mungkin memberikan bantuan pengiriman susu dan beras bekatul yang sebelumnya dikonsumsi oleh Alen. Tanpa diduga, saat bertanya kepada perusahaan jasa kurir dan juga salah seorang imigran baru Indonesia, dijelaskan jika mengirimkan susu ke Indonesia, mungkin tidak dapat tiba di rumah si bocah.

Sarah Chen mengatakan, “Mereka saat ini tengah melakukan pemeriksaan narkoba secara ketat, ia memberitahukan kepada saya bahwa banyak orang yang mengirimkan susu bubuk atau produk sejenis bubuk lainnya, maka paket tersebut akan langsung disita saat memasuki bea cukai. Ini juga adalah sebuah ujian yang sulit bagi saya. Oleh sebab itu, mungkin saya akan meminta ibunda bocah untuk bisa memotret produk susu hasil produksi dari Selandia Baru, sehingga bisa saya beritahukan kepada ibunda mana yang lebih cocok untuk Alen.”

foto: Rti

Sarah Chen memberitahukan kepada Dwi, bahwa dirinya akan berupaya semaksimalnya, dan kelak akan membantu memberikan daftar makanan yang bisa dikonsumsi oleh Alen. Selain itu,Dwi juga sempat menyebutkan jika orang tua Dwi sangat menyukai Alen, bahkan bapak yang awalnya tidak bisa jalan, kini telah berangsur pulih dan dapat berjalan kembali dengan normal. Semua ini bagaikan sebuah keajaiban dalam kehidupan manusia.

Muhammad Alif Muta’alim atau yang dipanggil Alen oleh Sarah Chen, kini tidak saja menjadi kebahagiaan dua keluarga yang ada, namun juga turut meningkatkan rasa antusian serta menjadi bahan inspirasi bagi Taiwan dan Indonesia.

Sumber : Rti, CNANews

Loading

You cannot copy content of this page