Pelajar Asing Malah Dipaksa Lembur di Pabrik, MOE Taiwan Jatuhkan Sanksi Tegas bagi CCUT

Kementerian Pendidikan (MOE) Taiwan telah melarang Universitas Sains dan Teknologi Chungchou (CCUT) merekrut mahasiswa asing setelah salah satu dari 16 mahasiswa asing yang diidentifikasi berasal dari Uganda melaporkan bahwa mereka telah dipaksa bekerja di pabrik selama berjam-jam dengan berkedok kerja magang.

Sebelumnya diberitakan pada hari Senin (10/1/2022) oleh media The Reporter yang merilis akun tentang kondisi pelajar asing di CCUT oleh Collines Mugisha, seorang mantan mahasiswa universitas tersebut yang berusia 21 tahun yang berasal dari Uganda.

Menurut Collines Mugisha, ketika CCUT merekrut mahasiswa asing, mereka berjanji akan memberi beasiswa dan studi yang mereka tempuh akan diajarkan dalam bahasa Inggris.

Namun, kenyataannya tidak ada beasiswa yang diberikan oleh pihak kampus dan pelajar asing yang sudah terlilit hutang besar ini lantas dipaksa untuk bekerja dengan upah rendah di pabrik-pabrik yang jauh dari kampus.

Mugisha mengklaim bahwa kursus-kursus itu diajarkan sepenuhnya dalam bahasa Mandarin dan dia sangat sulit memahami apa yang diajarkan oleh professor di kampus tersebut.

Selama konferensi pers yang digelar pada hari Rabu (12/1/2022), Mugisha mengatakan bahwa selama dua tahun di CCUT, dia disiksa baik secara fisik maupun psikologis.

Dia mengatakan bahwa dia harus bekerja lebih dari 10 jam sehari dan pada suatu saat dia menghabiskan tiga malam tanpa tidur untuk bekerja di pabrik tersebut, ia hanya dibayar NT$ 40 per hari untuk makanan, yang dia gunakan untuk membeli iga babi dengan nasi.

Dalam kondisi terpuruk dan kehabisan tenaga itu ia juga menghadiri kelas yang diajarkan dalam bahasa Mandarin sehingga ia sama sekali tidak mengerti apa yang diajarkan oleh gurunya di dalam kelas.

Meskipun jam kerjanya panjang, Mugisha mengatakan bahwa dia hanya menerima upah sebesar NT$ 21.000 per bulan tetapi dikenakan biaya hampir NT$ 100.000 per semester untuk biaya kuliah, kamar asrama, potongan uang makan dan biaya lainnya.

Dia menuduh bahwa pihak universitas yang ditunjuk untuk menangani urusan mahasiswa internasional tidak bekerja untuk menjaga kesejahteraan mahasiswa asing melainkan untuk meminta uang dan memeras mahasiswa internasional.

Mugisha kemudian dipindahkan ke Universitas Providence di distrik Shalu Taichung. Dia telah diberikan beasiswa penuh di sana dan mengaku sangat senang dengan kursus yang diberikan.

Anggota parlemen Partai Progresif Demokratik, Fan Yun yang bergabung dengan Mugisha pada konferensi pers, meminta MOE Taiwan untuk menyelidiki kasus ini secara menyeluruh dan memberikan bantuan kepada 15 mahasiswa asing asal Uganda yang masih terdaftar di CCUT.

Fan menunjukkan bahwa insiden serupa juga telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dimana 40 mahasiswa asing yang berasal dari Sri Lanka ditipu untuk bekerja di tempat hewan potong.

Fan mengatakan Kementerian Pendidikan Taiwan perlu meningkatkan pengawasannya terhadap program mahasiswa internasional di universitas-universitas di Taiwan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan mencoreng kredibilitas pendidikan Taiwan di dunia global.

Menanggapi tuduhan Mugisha, direktur Pusat Pertukaran Internasional CCUT, Li Shu-ling dikutip oleh FTV News mengatakan, “Biaya kuliah juga langsung dimasukkan ke dalam biaya kuliah dan biaya lain-lain, dan langsung dipotong . Adapun untuk membuat pengaturan untuk siswa internasional, kami sebenarnya kursus yang tersedia diajarkan dalam metode bilingual yakni dalam bahasa Mandarin dan Inggris.”

Li juga mengatakan bahwa “pekerjaan paruh waktu itu adalah opsi, terserah mereka untuk memilih apakah akan melakukannya atau tidak. Ada beberapa perbedaan persepsi dalam hal ini,” bantah Lin.

Menanggapi insiden ini, MOE Taiwan dalam konferensi pers yang digelar pada hari Senin (10/1/2022) menyatakan bahwa mereka telah menerima keluhan dari siswa Uganda di CCUT dan menemukan bahwa sekolah memang gagal mengeluarkan beasiswa seperti yang dijanjikan.

MOE Taiwan juga menemukan bukti bahwa mahasiswa asing di kampus tersebut dipaksa bekerja lembur dan kursus yang tersedia tidak diajarkan dalam bahasa Inggris.

Setelah melakukan penyelidikan, Kementerian Pendidikan Taiwan menyatakan bahwa pihak CCUT telah terlibat dalam pelanggaran besar dan dinyatakan bersalah dalam kasus ini.

MOE Taiwan menyatakan bahwa selain memerintahkan sekolah untuk meningkatkan mutu dan pengawasan pendidikan terhadap mahasiswa asing dalam batas waktu yang ditentukan, CCUT kini juga telah ditempatkan dalam daftar pantauan MOE Taiwan.

Selain itu, haknya untuk merekrut mahasiswa internasional telah dicabut dan tindakan hukuman seperti pengurangan subsidi yang relevan telah diusulkan untuk memberikan sanksi tegas atas pelanggaran ini.

Sumber : 民視新聞網 Formosa TV News network, The Reporter, 東森新聞 CH51

Loading

You cannot copy content of this page