Udara Dingin Renggut Puluhan Nyawa, Ahli Kesehatan Taiwan Imbau Warga Waspada Hipotermia

Gelombang udara dingin yang menerpa wilayah Taiwan pada awal tahun ini memakan korban. Sejak tanggal 19 Februari 2022 kemarin, puluhan orang dilaporkan meninggal mendadak diduga akibat fluktuasi suhu udara yang merosot tajam.

Angka ini cukup mengkhawatirkan. Namun, jangan berpikir bahwa tidak akan ada hipotermia jika Anda hanya berdiam diri di rumah. Situasi ini malah menjadi salah satu pemicu terjadinya insiden kematian mendadak.

Oleh sebab itu, otoritas kesehatan Taiwan mengimbau warga masyarakat untuk lebih waspada akan dampak penurunan temperatur yang berpotensi terhadap hipotermia.

Dilansir dari media東森新聞 CH51 menyebutkan bahwa sebanyak 382 orang mengalami gangguan kesehatan dan 82 orang dilaporkan meninggal dunia akibat gelombang udara dingin. Usia korban berkisar antara 45 hingga 94 tahun.

Huang Xuanjin pagi ini, Selasa (22/2/2022) memposting di Facebook yang menunjukkan bahwa intensitas udara dingin yang baru-baru ini melanda menyebabkan sejumlah orang meninggal tiba-tiba.

Dalam postingannya Huang mengatakan bahwa ada korban yang ditemukan di tempat tidur, di samping kamar mandi atau di dalam rumah. Dia menunjukkan bahwa jika ruangan terlalu dingin dapat meningkatkan risiko kematian mendadak.

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35 derajat Celcius. Ketika suhu tubuh berada jauh di bawah normal (37 derajat Celcius), fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan kematian.

Ada dua poin kunci yang berperan terhadap hipotermia menurut Huang, yang pertama adalah perubahan suhu tubuh yang rendah di dalam ruangan.

Jika suhu ruangan selalu dingin, tubuh merangsang sistem saraf yang membuat pembuluh darah tubuh menyempit, tekanan darah naik, detak jantung meningkat dan beban kerja tubuh meningkat.

Hal ini juga berdampak pada peningkatan konsumsi oksigen, iskemia miokard, hipoksia dan kematian mendadak pada kasus yang parah.

Sedangkan poin kedua adalah sulit untuk mendeteksi bahwa darah secara bertahap menebal. Ketika suhu ruangan selalu dingin, maka kekentalan darah pada pembuluh darah manusia juga akan meningkat dan pada saat yang sama akan memperbesar kemungkinan pembuluh darah di dalam tubuh mudah tersumbat.

Huang mengatakan bahwa suhu udara di dalam ruangan paling baik dipertahankan sekitar 18 hingga 20 derajat Celcius.

Huang mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa setiap kali suhu ruangan turun 1 derajat Celcius, kemungkinan kematian mendadak meningkat sebesar 5,6%.

Jika Anda sedang tidur pada saat itu, Anda tidak akan mengetahui terjadinya lonjakan suhu udara di dalam ruangan. Huang mengatakan bahwa jika suhu udara di dalam ruangan tidak dipertahankan menjadi 18 sampai 20 derajat Celcius atau perbedaan suhu antara kamar tidur dan ruangan lainnya lebih besar dari 5 derajat Celcius dalam lima situasi utama, termasuk saat berganti pakaian, sebelum dan sesudah mandi, buang air kecil di tengah malam, menggosok gigi dan mencuci muka juga pada waktu tidur, semuanya berpotensi terhadap kematian mendadak.

Senada dengan Huang, dokter Lin Yu-shen, direktur unit perawatan intensif penyakit jantung di Rumah Sakit Umum Ton-Yen mengatakan bahwa jika merasakan gejala seperti nyeri dada sisi kiri, terengah-engah, vertigo, palpitasi, mual, dan dispnea karena alasan yang tidak diketahui, mereka harus segera mencari perawatan medis karena dikhawatirkan kondisi ini memicu serangan jantung dan hipotermia yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Sumber : 東森新聞 CH51, 華視新聞 CH52, TVBS NEWS, CNANews

Loading

You cannot copy content of this page