Survei CECC: Hanya Sepertiga Nakes di Taiwan Mau Divaksinasi Vaksin AstraZeneca

Menyusul isu pengentalan darah yang menjadi efek samping yang dirasakan oleh sejumlah penerima vaksin corona AstraZeneca, sejumlah negara termasuk Indonesia menunda penggunaan vaksin tersebut.

Ternyata isu dampak kesehatan ini juga berdampak bagi sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) di negeri Formosa.

Menurut hasil awal survei yang dilakukan oleh Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan, hanya sepertiga pekerja medis di rumah sakit yang merawat pasien COVID-19 di Taiwan yang bersedia mendapatkan vaksin AstraZeneca.

Sejauh ini, sekitar 90 persen tenaga medis di rumah sakit tersebut, atau sekitar 183.000 orang, telah menanggapi survei vaksin AstraZeneca yang digelar oleh CECC Taiwan.

Sekitar 32,7 persen di antaranya, atau 59.984 orang nakes menyatakan bersedia divaksinasi dengan vaksin AstraZeneca.

Jika ditinjau berdasarkan kategori, sekitar 43 persen pekerja medis dan personel garis depan lainnya yang bekerja langsung dengan pasien COVID-19 atau mereka yang diduga mengidap penyakit bersedia mendapatkan vaksin, ungkap juru bicara CECC  Taiwan, Chuang Jen-hsiang.

Hanya 28 persen dari tenaga medis yang bekerja di rumah sakit yang dirujuk untuk merawat pasien COVID-19 tetapi mereka tidak merawat pasien COVID-19 dilaporkan bersedia mendapatkan vaksin tersebut, kata Chuang.

Ketika 532 orang pekerja medis ditanyai dalam survei CECC Taiwan yang dilakukan pada akhir bulan Januari 2021 lalu mengenai apakah mereka bersedia divaksinasi tanpa menyebutkan merek vaksin yang diberikan, jawabannya hampir dua pertiga (atau sekitar 65,2 persen) mengatakan mereka setuju untuk divaksin.

Mengutip data tersebut CECC Taiwan menunjukkan mungkin ada resistensi terhadap vaksin AstraZeneca.

Satu-satunya vaksin COVID-19 yang diterima otoritas Taiwan sejauh ini adalah 117.000 dosis vaksin dari AstraZeneca.

Chuang mengatakan bahwa setelah tes selesai, CECC Taiwan akan mengadakan pertemuan dengan para ahli tentang apakah vaksin tersebut memenuhi persyaratan keamanan untuk digunakan di Taiwan.

“Kami akan melihat alasan mengapa beberapa negara menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, data pembekuan darah, dan rekomendasi dari otoritas kesehatan Eropa,” kata Chuang.

Dalam beberapa pekan terakhir, beredar laporan tentang orang-orang yang mengalami pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca, negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Denmark, Norwegia, Irlandia, dan Belanda kemudian menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk mencegah timbulnya kasus tersebut.

Regulator obat-obatan Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), saat ini sedang meninjau apakah pembekuan darah adalah akibat langsung dari vaksin AstraZeneca, kata Chuang dalam siaran pers pada hari Senin (15/3/2021).

Sementara penyelidikan sedang berlangsung, EMA “saat ini tetap berpandangan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah COVID-19, dengan risiko terkait rawat inap dan kematian, lebih besar daripada risiko efek samping,” ungkap Chuang.

Pihak perusahaan vaksin AstraZeneca dalam konferensi pers yang digelar pada hari Minggu (14/3/2021) mengatakan bahwa “tinjauan cermat dari semua data keamanan yang tersedia lebih dari 17 juta yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris telah menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, pada kelompok usia yang ditentukan., jenis kelamin, kelompok atau di negara tertentu. “

Hingga 8 Maret 2021, perusahaan telah menerima laporan tentang 15 kejadian trombosis vena dalam, sejenis kasus pembekuan darah yang sering berkembang di kaki seseorang, dan 22 kejadian emboli paru, yang biasanya diakibatkan oleh penggumpalan darah yang menyebar ke paru-paru.

“Angka ini jauh lebih rendah daripada yang diharapkan terjadi sebagai efeks samping secara alami pada populasi umum sebesar ini dan serupa dengan vaksin COVID-19 berlisensi lainnya,” kata perusahaan itu.

Otoritas Taiwan dikabarkan telah menandatangani kontrak untuk membeli total 10 juta dosis vaksin AstraZeneca, 5,05 juta dosis vaksin Moderna, dan 4,76 juta dosis vaksin COVID-19 lainnya melalui COVAX.

COVAX sebelumnya mengatakan akan mengalokasikan 200.000 dosis vaksin AstraZeneca ke Taiwan pada putaran pertama pendistribusiannya, tetapi belum memberi tahu Taiwan kapan sisa dari vaksin yang sudah dikirimkan akan tiba di negeri Formosa.

Sumber : CTWANT, udn video, HehoNews, China Times, CNANews

Loading

You cannot copy content of this page