Ahli Medis Taiwan Melarang Praktik Pencampuran Vaksin Corona AstraZeneca dan Moderna

Saat ini Taiwan memiliki stok vaksin AstraZeneca dan Moderna COVID-19 yang memadai setelah menerima sumbangan vaksin corona dari Jepang dan Amerika Serikat.

Beberapa dokter menyarankan untuk mencampur kedua vaksin tersebut, akan tetapi Komite Praktik Imunisasi (ACIP) di Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) Taiwan melarang saran tersebut.

Dalam konferensi pers yang digelar pada hari Minggu (20/6/2021), CNANews melaporkan Taiwan telah mendapatkan sejumlah besar vaksin COVID-19 sejak awal bulan Juni 2021.

Taiwan menerima donasi 1,24 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca yang disumbangkan oleh otoritas Jepang pada tanggal 4 Juni 2021.

Lalu Taiwan juga memperoleh 240.000 dosis vaksin corona Moderna yang dibeli pada tanggal 18 Juni 2021 dan kemudian menerima sumbangan 2,5 juta dosis Moderna yang disumbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 20 Juni 2021.

ACIP mengadakan pertemuan ketiga membahas apakah orang yang menerima dosis pertama AstraZeneca harus menerima Moderna, vaksin mRNA, untuk dosis kedua vaksinasi mereka.

Mengenai pertanyaan itu, panel penasehat spesialis Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan, Chang Shan-chwen mengatakan bahwa para ahli berpikir pencampuran vaksin COVID-19 untuk menghasilkan efektifitas vaksin yang lebih baik tidak memiliki bukti ilmiah. Oleh karena itu, Chang tidak menganjurkan prosedur tersebut.

Chang mengatakan bahwa meskipun ada beberapa makalah penelitian internasional tentang pendekatan pencampuran vaksin corona, namun hanya ada sedikit penelitian tentang pencampuran vaksin COVID-19.

Sebagian besar kasus adalah orang yang menggunakan AstraZeneca untuk dosis pertama dan Pfizer-BioNTech untuk dosis vaksinasi kedua.

Saat ini, data tentang kombinasi AstraZeneca dan Moderna masih kurang. Meskipun Moderna dan Pfizer-BioNTech sama-sama menggunakan mekanisme mRNA untuk vaksin COVID-19.

Kedua vaksin itu dibuat oleh perusahaan yang berbeda, oleh karena itu, yang satu tidak dapat digunakan sebagai referensi bagi yang lain, kata Chang.

Chang menambahkan, kedepannya diharapkan akan ada lebih banyak bukti tentang pencampuran vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Moderna yang lebih spesifik dan valid.

Mencampur vaksin COVID-19 tidak dianjurkan pada tahap ini, kata Chang. Dia menunjukkan bahwa jika setelah dosis pertama orang menunjukkan efek samping yang menurut dokter terkait pemberian vaksin COVID-19 merek tertentu, mereka harus melaporkannya ke sistem pelaporan efeks samping vaksin (VAERS) dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan, kemudian mengambil vaksin lain dengan menggunakan mekanisme yang berbeda, laporan media CNANews.

Sumber : CTWANT, 華視新聞 CH52, CNANews

Loading

You cannot copy content of this page