Delta Mendominasi Dunia, Indonesia Waspadai Varian Covid-19 Lambda

Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut kenaikan kasus corona di sejumlah negara dunia belakangan ini disebabkan maraknya varian Delta. Termasuk kenaikan drastis di Indonesia pada Juni-Juli.

“Hampir semua negara yang kenaikannya tinggi, termasuk Indonesi disebabkan karena adanya mutasi baru varian Delta. Yang sekarang sudah hampir tersebar di seluruh dunia,” kata Menkes dalam jumpa pers virtual, dikutip Selasa (31/8).

DNA Explainer: Comparative study of Delta, Delta Plus, Kappa and Lambda  variants of COVID-19
foto : dnaindia

“Ini yang sulit ditebak karena semakin lama dunia menunda vaksinasi pasti di suatu daerah terjadi penularan dan varian baru timbul,” imbuhnya.

Selain Delta, Budi juga mulai mewaspadai varian lainnya. Yakni varian Lambda yang mulai marak ditemukan di sejumlah negara.

“Sampai sekarang ada beberapa varian baru yang juga under investigation seperti Lambda tapi kita lihat itu masih terkonsentrasi di Amerika Selatan,” tutur dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memperingatkan bahwa varian baru virus corona bernama Lambda telah teridentifikasi di 29 negara, terutama di Amerika Selatan.

Pertama kali diidentifikasi di Peru, virus corona varian Lambda diklasifikasikan masuk daftar Variant of Interest pada Senin (14/6), karena tingkat penyebarannya yang cukup tinggi di Amerika Selatan. Sejak April 2021, Lambda telah merajalela di Peru, di mana sekitar 81 persen kasus corona di sana dikaitkan dengan varian ini.

WHO melaporkan, corona garis keturunan Lambda membawa mutasi yang bisa meningkatkan penularan atau memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi. Kendati begitu, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan memahami varian Lambda.

Lalu apa yang dilakukan pemerintah Indonesia mengantisipasi kehadiran Lambda?

Lambda, The Newest WHO Variant Of Interest, Is Now In 29 Countries - Health  Policy Watch
foto : tv9hindi

“Tes genome sequencing untuk mengetahui varian baru di tahun 2020 kita lakukan 9 bulan 140 tes sekarang 8 bulan kita lakukan 5.788 tes. Sehingga kita punya kapasitas 1.700-1.800 tes per bulan yang kita akan maksimalkan,” tuturnya.

“Untuk bisa monitoring seperti apa penyebaran varian baru ini dan bagaimana kita mengantisipasi. Memang sulitnya varian baru in di luar kemampuan kita, mencegah agak tidak mudah,” tutup dia.

Sumber : Kumparan

Loading

You cannot copy content of this page