Salut! Di Tangan WNI Ini, Keripik Indonesia Go Internasional hingga Omzet Capai Rp 100 Juta

Keripik sering dipandang sebelah mata, karena dianggap sebagai camilan yang tidak mempunyai daya jual tinggi. Akan tetapi, salah seorang pengusaha di Kota Batu, Malang, berhasil membuktikan bahwa keripik sayur dan buah-buahan bisa laku dijual hingga ke mancanegara. Adalah Hari Mastutik (60 tahun), Direktur Produksi Momchips, yang awalnya hanya mempunyai usaha rempeyek dan keripik tempe.

Namun berkat ketekunannya, usaha keripik di bawah CV Arjuna 999 dan didirikan pada Mei 2011 miliknya terus berkembang. Kini, produknya sudah diekspor ke pasar luar negeri. Seperti inilah kisah dari Keripik Momchips.

Tangkapan layar produk-produk Momchips di Instagram
foto : Kompas

Awal mula dilirik pasar mancanegara

Wanita yang akrab dipanggil Tutik ini bercerita bahwa dia kerap mengikuti berbagai pameran di Indonesia untuk memasarkan produknya. Salah satunya adalah Trade Expo Indonesia (TEI) yang digagas oleh Kementerian Perdagangan. Secara tidak sengaja, produknya dilirik pembeli luar negeri dan akhirnya melakukan permintaan pembelian ekspor.

Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspornya, antara lain Korea, Singapura, Dubai, dan Taiwan. “Semakin banyak permintaan buyer (pembeli) yang beraneka ragam, sehingga membuat kami untuk men-develope varian keripik lainnya, yaitu keripik buah dan keripik sayur,” ungkap wanita yang disapa Tutik ini.

Momchips didirikan pada tahun 2018, ketika itu Tutik bertemu dengan Anju Hasiholan yang menjadi partner bisnisnya hingga kini. Lalu, keduanya menggarap secara serius bisnis ini. Anju menjadi Co-Founder dan CEO Momchips.

“Nama brand Momchips sendiri dibuat karena perusahaan kami ingin memberikan camilan yang terbaik, seperti seorang ibu yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya,” imbuh Tutik.

Tak hanya itu, Tutik juga bergabung dalam Mitra Binaan Pertamina pada 2020. “Awal mendaftar kami ditawarkan untuk bergabung menjadi binaan Pertamina dengan melewati beberapa proses dan kurasi di tahun 2020,” ujar Tutik.

Dengan menjadi Mitra Binaan Pertamina, Tutik mendapatkan bantuan pinjaman dana usaha dengan bunga yang sangat minim dan dapat digunakan untuk mengembangkan produksi.

Hari Mastutik (60) bersama produknya keripik Momchips.
foto : Kompas

Program Pertamina itu merupakan program pendanaan UMK (Usaha Mikro Kecil) yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah operasi Pertamina. Bantuan yang diberikan Pertamina berupa dana modal kerja, pinjaman khusus, pembinaan, pelatihan, dan sebagainya.

Keripik sehat

Produk Tutik meluas dari keripik tempe dan rempeyek menjadi keripik sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian. Keripik sayuran yang digunakan bukan sayuran yang lazim dibuat menjadi keripik.

Varian keripik sayuran, yaitu brokoli, cabai, bombay, dan paprika. Lalu untuk keripik buah-buahan variannya, yaitu mangga, rambutan, nangka, apel, dan pisang. Ada juga varian umbi-umbian, yaitu ubi cilembu dan ubi ungu.

Tutik mengklaim bahwa keripik yang dibuatnya sehat, karena menggunakan teknologi vacuum frying sehingga nutrisi pada buah dan sayur tersebut sama seperti aslinya. Selain itu keripiknya terbuat dari 100 persen buah dan sayur asli. Produknya diklaim tanpa MSG, pewarna, dan pemanis buatan.

“Kenapa kami memilih keripik sayuran dan buah adalah kami ingin usaha kami ini bukan hanya terkait profit, namun juga memiliki social impact bagi lingkungan, sekitar seperti petani lokal Indonesia,” tutur Tutik.

Dia bercerita, pada saat itu banyak petani brokoli yang membuang hasil tani ke sungai. Hal itu membuat pihaknya ingin membantu para petani dengan menggandengnya.

“Saat kami tau berita ini kami mulai berpikir kenapa sayuran-sayuran itu tidak kita olah saja menjadi makanan ringan yang lebih tahan lama dan memiliki nilai jual tinggi. Dari ide tersebut akhirnya kami mulai mengembangkan keripik-keripik sayuran dan bekerjasama dengan petani lokal daerah Batu atau Malang,” kata Tutik.

Omzet dan strategi marketing

Ketika pandemi Covid-19 terjadi, usaha Tutik juga terkena dampaknya. Dia mengatakan sebelum pandemi Covid-19, omzetnya ada di kisaran Rp 75 juta sampai Rp 100 juta.

“Untuk omzet saat awal pandemi sempat turun drastis mencapai 75 persen, yang biasanya kisaran Rp 75 juta–100 juta menjadi kisaran Rp 20 juta–50 juta saat pandemi. Namun setelah kami mengubah strategi bisa berangsur-angsur membaik,” ungkap Tutik.

Home Momchips -
foto : momchips

Strategi tersebut adalah mengubah strategi marketing dari offline ke online. Sebelumnya dia banyak melakukan penawaran dan penjualan offline seperti mengikuti pameran. Lalu saat pandemi, pameran ditiadakan. Dia pun mulai belajar strategi digital marketing seperti membuat website, optimasi SEO, optimasi berbagai sosial media, dan email marketing.

“Pada akhirnya dengan mengembangkan strategi digital marketing perusahaan kami bisa tetap berjalan maju di tengah pandemi sampai saat ini,” ujar Tutik. Tutik menjelaskan, saat ini pangsa pasar yang digarap tak hanya dalam negeri, tapi luar negeri. Di luar negeri yang eksis adalah Kanada.

Sumber : Kompas

Loading

You cannot copy content of this page