Dipicu Faktor Ekonomi, 1 Istri Banyak Suami Jadi Tradisi di Daerah Ini!

Tanpa cemburu, tanpa curiga. Tradisi satu istri dengan banyak suami masih dipertahankan di wilayah Himalaya, Nepal.

Ekstremnya, tradisi ini melibatkan keluarga, dimana istri, bisa menikah pula dengan saudara laki-laki suaminya.

Satu istri, untuk dua pasang saudara. Hal ini sudah tak asing lagi di wilayah pegunungan ini. Pernikahan semacam ini kerap disebut poliandri.

Tapi di Himalaya, masalah poliandri tak bisa dipandang secara sederhana. Ada hal kompleks yang terus membayangi dari generasi ke generasi.

Kemiskinan adalah faktor utama membuat poliandri terpaksa dilakukan. Faktor ketiadaan lahan, juga membuat mereka sampai harus berbagi suami demi bisa hidup tanpa terlunta-lunta.

Atas dasar itulah, poliandri di Himalaya termasuk unik karena si istri, beserta kedua suaminya yang bersaudara, tinggal dalam satu rumah.

Bahkan, beberapa istri sempat ikut membesarkan calon suaminya, sebelum akhirnya dinikahinya di usia dewasa.

Sekali lagi tak ada cemburu, tak ada curiga. Ini hanya salah satu cara warga Himalaya untuk bertahan hidup.

Meski poliandri, para pasangan ini tampaknya sepakat untuk membatasi hubungan seksual. Ini demi mencegah kehamilan, yang kalau sampai terjadi, bisa semakin menambah beban keluarga.

Tapi tak melulu negatif, praktik poliandri semacam ini ternyata bisa mencegah keributan saat pembagian harta di antara keluarga.

Persediaan makanan pun selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena ada dua laki-laki yang bekerja.

Tradisi ini juga memungkinkan anak-anak tetap mempunyai ayah, meskipun “ayah aslinya” meninggal. Jadi, para istri tak perlu khawatir akan masa depan anaknya kelak.

Dengan praktik poliandari ini, kesempatan untuk nasib yang lebih cerah di masa depan menurut kepercayaan masyarakat bisa terjaga.

Poliandri di Himalaya sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Setiap anak laki-laki dari setiap keluarga di wilayah ini, memang hanya menikahi satu perempuan.

Praktik poliandri ini perlahan pudar seiring berjalannya waktu dan perbaikan ekonomi. Selain itu, kehidupan yang modern juga membuat banyak keluarga meninggalkan tradisi ini.

Karena itu, praktik yang sudah berlangsung kurang lebih satu abad itu, hanya bertahan di desa-desa terpencil di Himalaya.

Beberapa orang yang masih mempraktikkannya, biasanya dipicu faktor kekurangan lahan, dan sekali lagi, perekonomian.

Agak susah menyebut poliandri di Himalaya sebagai tradisi. Ini adalah untuk cara bertahan hidup dari belenggu ekonomi yang kian hari kian tak pasti.

Sumber : AFP News Agency, SLICE, wikipedia

Loading

You cannot copy content of this page