Australia Temukan Bukti Kebohongan Pemerintah China Terkait Virus Corona

Laboratorium Wuhan di China membeli sejumlah besar peralatan pengujian virus corona (PCR), beberapa bulan sebelum kasus Covid-19 pertama dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember 2019, menurut sebuah laporan baru.

Data baru diperoleh oleh Australia-AS perusahaan keamanan siber dalam laporan “Internet 2.0”, menemukan ada pembelian peralatan pengujian reaksi berantai polimerase (PCR) hampir 50 persen sepanjang 2019.

Tes PCR banyak digunakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19, karena memungkinkan para ilmuwan untuk memperkuat sampel DNA, dan memeriksa penyakit atau materi genetik lainnya.

Menurut temuan baru, pada 2019, ada 135 kontrak berisi peralatan PCR yang dikeluarkan oleh laboratorium Wuhan, naik dari 89 pada 2018 dan 72 pada 2017.

Selanjutnya, investasi keuangan pada peralatan PCR meningkat hampir 600 persen dari 2015 hingga 2019 di Wuhan, melansir Newsweek pada Senin (5/10/2021).

Peningkatan pembelian PCR dimulai pada Mei 2019. Tetapi menjadi paling signifikan pada Juli, lima bulan sebelum negara tersebut mengidentifikasi kasus Covid-19 pertama kepada WHO.

Para ahli mengatakan data tersebut mungkin menunjukkan bahwa pihak berwenang China mengetahui wabah virus corona lebih awal dari Desember, atau bahwa ada peningkatan fokus pada penelitian virologi dan pandemi di laboratorium Wuhan.

“Anda dapat melihat tren bahwa, mulai Mei dan hingga Desember, ada peningkatan besar-besaran dalam data pengadaan PCR,” menurut analis Cybersecurity Robert Potter, yang memulihkan data kepada The Australian.

Lebih lanjut kata dia, beberapa pembelian mungkin tak terlihat signifikansinya. Tetapi jika digabungkan, akan terlihat tren yang secara komprehensif menantang narasi resmi, yakni bahwa pandemi dimulai pada bulan Desember.

“Ini juga menunjukkan ada sejumlah besar pengadaan dari tingkat pemerintah, PLA dan Pusat Pengendalian Penyakit, serta laboratorium sensitif yang ada di provinsi Hubei.”

Mantan direktur Intelijen Nasional AS John Ratcliffe juga mengatakan peningkatan pembelian peralatan PCR di Wuhan pada tahun 2019 adalah signifikan.

“Saya pikir ada lebih dari sekedar ‘asap’ di sini, saya pikir ada ‘api’ dari sejumlah sumber yang berbeda,” katanya.

“Saya pikir itu akan menjadi bukti lain yang menarik, jika Anda membutuhkan lebih banyak. Saya tidak membutuhkan lebih banyak (bukti).”

Tetapi yang lain percaya bahwa laporan “Internet 2.0” tidak cukup untuk menarik kesimpulan seperti itu. Pasalnya pengujian PCR juga dapat digunakan untuk memeriksa patogen lain yang ditemukan pada manusia dan hewan, menurut Bloomberg.

Kementerian Luar Negeri China pada Senin (4/10/2021) juga membantah temuan itu. Kepada Bloomberg, pemerintah Beijing mengeklaim pengadaan itu termasuk dalam kategori yang sama dengan klaim palsu lainnya tentang asal-usul Covid-19.

“Penelusuran virus adalah masalah ilmiah serius yang harus ditangani oleh para ilmuwan,” kata juru bicara itu.

“Kampanye anti-epidemi China terbuka untuk dunia, situasinya jelas, faktanya sekilas jelas, dan bertahan dalam ujian waktu dan sejarah.”

Asal usul pandemi Covid-19 menjadi isu yang diperdebatkan, sejak pertama kali ditemukan sebagai penyakit mirip pneumonia yang tidak diketahui pada akhir 2019.

Sejak itu, virus menyebar ke hampir setiap sudut dunia, menginfeksi lebih dari 235 juta orang dan membunuh lebih dari 4,8 juta.

Sumber : Sky News Australia, CRUX, Newsweek

Loading

You cannot copy content of this page