Panic Buying, Warga China Berbondong-Bondong Serbu Supermarket hingga Kosong

Fenomena panic buying kembali terjadi di China. Hal ini dimulai dengan pemberitahuan dari Kementerian Perdagangan China pada tanggal 1 November 2021, yang memberi tahu otoritas setempat untuk menstabilkan pasokan dan harga pangan, termasuk untuk sayuran, daging, dan minyak goreng sebagai persiapan untuk bulan-bulan musim dingin yang akan datang.

“Keluarga didorong untuk menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan keadaan darurat,” tulis kementerian tersebut dikutip dari SCMP, Selasa (9/11/2021).

Hal ini memicu diskusi panas secara daring, dengan beberapa pengguna bahkan berspekulasi bahwa seruan untuk menimbun makanan terkait dengan kemungkinan pecahnya perang dengan Taiwan atau akan adanya lockdown besar-besaran seperti yang diterapkan China di awal merebaknya COVID-19.

Kementerian Perdagangan menanggapi dengan meyakinkan warga bahwa tidak ada ancaman yang akan terjadi terhadap pasokan makanan, sementara surat kabar Economic Daily yang dikelola pemerintah juga mencoba menenangkan spekulasi daring dengan mengatakan maksud dari pemberitahuan itu adalah untuk memastikan orang-orang siap untuk penguncian atau karantina karena wabah virus Corona.

“Dalam jangka panjang, ini (memastikan pasokan aman) juga mengadvokasi penduduk untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang manajemen darurat, meningkatkan cadangan rumah tangga dari komoditas yang diperlukan untuk melengkapi sistem darurat nasional,” tulis kementerian dalam sebuah artikel yang diterbitkan di saluran WeChat-nya.

Hanya saja, hal tersebut tidak menghentikan beberapa pembeli menimbun kubis, beras dan tepung, sementara instruksi juga mendorong minyak nabati domestik berjangka, serta minyak sawit Malaysia.

Antrean panjang terlihat di beberapa supermarket, tetapi banyak penduduk mengatakan tidak perlu membeli lebih banyak makanan dari biasanya.

“Ini akan menjadi musim dingin yang dingin; kami ingin memastikan kami memiliki cukup makanan,” kata seorang wanita yang memuat beras ke sepeda di luar supermarket di pusat Beijing.

Pemborongan bahan makanan pokok ini makin menjadi karena pihak berwenang China biasanya menanggapi kasus Covid-19 dengan mengunci seluruh komunitas dan membatasi pergerakan masuk dan keluar dari daerah yang terkena dampak.

Sumber : South China Morning Post, NewsX, Economic Daily News

Loading

You cannot copy content of this page