Khawatir Lockdown Akibat Kasus COVID-19 Melonjak, Warga Shanghai Panic Buying

Otoritas Shanghai, China menyerukan warganya agar tenang tatkala banyak warga yang khawatir membanjiri platform grosir online untuk membeli makanan.

Dilansir AFP, warga memiliki kekhawatiran akan penguncian yang akan diterapkan di Shanghai, yang masih berjuang untuk menghentikan lonjakan Covid-19.

China memang mengalami wabah Covid-19 terburuk sejak dimulainya pandemi lebih dari dua tahun lalu.

Shanghai mencatat rekor jumlah kasus tertinggi karena varian Omicron yang sangat menular membuat pihak berwenang frustrasi.

Kota terbesar di China ini pada Rabu (23/3/2022) melaporkan 981 kasus, dengan empat tanpa gejala.

Jumlah ini mengecilkan penghitungan harian sebelumnya di kota itu, yang hampir mencakup seperlima dari total kasus nasional.

Shanghai telah menanggapi wabah tersebut dengan penguncian perumahan yang ditargetkan di daerah-daerah dengan kasus yang dikonfirmasi.

Tetapi ketika jumlah kasus meningkat, demikian juga kecemasan publik, penduduk menggunakan media sosial untuk mengekspresikan ketakutan akan penguncian lebih lanjut.

Warga mengeluhkan pesan pemerintah yang tidak jelas dan menyuarakan kecemasan.

Toko-toko ramai saat konsumen membeli.

Gambar media sosial yang beredar Selasa (22/3/2022) malam menunjukkan kerumunan pembeli berkumpul di pasar sayur luar ruangan.

Virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan pada akhir 2019, tetapi China sebagian besar telah mengendalikannya melalui strategi nol-Covid yang cukup ketat.

Pihak berwenang baru-baru ini menyarankan pendekatan yang lebih ringan untuk meminimalkan gangguan publik dan ekonomi.

Tetapi Omicron memaksakan rencana itu, terutama karena Beijing gugup menyaksikan lonjakan mematikan kasus Omicron Hong Kong.

Hal memicu panic buying dan telah merenggut korban tinggi pada orang tua yang tidak divaksinasi.

Sumber : Bloomberg Markets and Finance, AFP, South China Morning Post

Loading

You cannot copy content of this page